Hakikat Filsafat Pendidikan



HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan


Dosen Pembimbing:  Setiawati M. Pd

Oleh
YENI RESISCA
14002057
ADMINISTRASI PENDIDIKAN




UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015


HAKIKAT FILSAFAT

A.  Pengertian Filsafat

Istilah filsafat (Inggris: philosophy; Arab: falsafah) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani Kuno, yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan shopia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua kata tersebut membentuk istilah philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal usul katanya, philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, disebut filsuf.
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup. Pada bagian lain Harold Tisus mengemukakan makna filsafat yaitu:
1.    Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.
2.    Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan penelitian penalaran.
3.    Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
4.    Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/pemikiran manusia yang memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berfikir yang dikatagorikan berfilsafat adalah apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis, dan universal. Untuk itu filsafat menghendaki pikiran yang sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan pikirannya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atu diluarnya.
Definisi filsafat menurut beberapa ahli adalah:
1.    Plato (427-347SM)
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli (dalam Zen, 2014 : 3)
2.    Aristoteles (384-322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika menyelidiki sebab dan asas segala benda ( dalam Zen, 2014: 3).
3.    Mancus Tilllus Litero ( 106-43 SM)
Filsafat adalah pengatahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4.    Immanuel Kant (1724-1804)
Filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yaitu:
a.    Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
b.    Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika)
c.    Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
d.   Apakah yang dinamakan manusia?
5.    Prof. Dr. Fuad Hasan
Filafat adalah suatu ikhtisar untuk berfikir radikal, artinya mulai dan radiaksinya suatu gejala, dan akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan.
6.    John Dewey
Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkap mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran dan atau kebijaksanaan secara maksimal sampai batas teratas dan kemanusiaannya. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikn berfilsafat. Berfikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berfikir tersebut mengandung 3 ciri, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Seperti yang dijelaskan oleh Sidi Gazalba (dalam Zen, 2014: 5):
“ berfikir radikal, sampai ke akar-akarnya, tidak tanaggung-tanggung, sampai pada konsekuensi yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya. Berfikir sistematis adalah berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan yang teratur. Berfikir universal tidak berfikir khsusus, yang hanya terbatas kepada bagian-bagian tertentu, melainkan mencakup keseluruhan”.
Berdasarkan pada tingkat berfikir kita terlihat bahwa filsafat merupakan suatu upaya untuk mampu melakukan kajian secara mendasar sehingga dengan kajian yang mendasar tersebut memungkinkan untuk dapat putusan tentang suatu secara bijaksana. Manusia selalu berfikir akan sesuatu yang sudah menjadi pengetahuannya, yang mana pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan bagaimana usaha-usaha untuk mencapainya. Dengan ini manusia selalu berusaha untuk bertujuan menyelidiki hakikat yang sebernarnya. Karena filsafat merupakan ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mana terdapat dalam persoalan-persoalan yang terjadi dalam keseharian kita sebagai manusia.
Sesuai dengan makna filsafat, berfilsafat adalah berfikir dan sampai kepada spekulasi. Untuk itu filsafat menghindari fikir dan sadar, yang berarti teliti dan teratur. Dimana manusia menegaskan pikiranya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun luarnya.
Dapat disimpulkan berfilsafat merupakan kegiatan berfikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha menuangkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa yang pelik dari pengalaman manusia.

B.  Subjek dan Objek Filsafat

Subjek filsafat adalah seseorang yang berfikir/memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat.
Objek filsafat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.  Objek material
Objek material yaitu segala sesuatu yang realitas.
a.       Ada yang harus ada, disebut dengan absolut/ mutlak yaitu tuhan pencipta.
b.      Ada yang tidak haruas ada, disebut dengan tidak mutlak, ada yang relative (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak ( Tuhan Pencipta alam semesta).
2.  Objek formal/sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan besifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-penglaman manusia dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik ekonomi, sosial, budaya, relegius dan lain-lain harus dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita.

C.  Pentingnya Filsafat bagi Manusia

Kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan pengarahan/ilmu. Dengan ilmu terasebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang didalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya ilmu filsafat yang dapat diharapkan mampu memberi manusia sesuatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengenai mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita tujui, mana yang pantas kita ambil sehingga dapat memberikan makna kehidupan. Ada beberapa pentingnya filsafat bagi manusia yaitu:
1.  Dengan filsafat kita lebih menjdai manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2.  Seseorang semakin pantas disebuat “berkepribadian”, semakin mendekati kesempurnaan kemanusiaan, semakin memiliki kebijaksanaan.
3.  Filsafat mengajar dan melatih kita memandang dengan luas, jadi menyembuhkan kita dan “aku-isme” dan “aku- sentrisme”.
4.  Filsafat diharapkan menjadikan orang-orang yang dapat berfikir sendiri, tidak terlalu berpangaruh oleh pendapat umum (ikut-ikutan).
5.  Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu akan bertambah pula cakrawala pemikiran dan pegangan yang semakin luas.
6.  Dasar semua tindakan. Sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide itulah yang akan membawa manusia kearah suatu  kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakan sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar terhadap diri dan lingkungan.
7.  Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditentang dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai moral.

DAFTAR PUSTAKA

Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang : Sukabina Press.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengumpulan Dan Pengelolaan Data Dalam Perencanaan Pendidikan

MAKALAH KOMUNIKASI ORGANISASI

MAKALAH PROFESIOANALISME KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH